Pages

Ketika dia bukan untukku...

Selasa, 17 April 2012


“ Please know that no matter what happens between us, I will always love you. You will always be my fave and number one. “
Begitu kalimat yang tergetarkan dibibir Audrey, Ucapan yang sama sekali tak akan didengarnya. Mungkin  kalimat itu yang seperti dirasakan Audrey kini. Isi hatinya entah berwarna apa bahkan mungkin tidak berwarna sedemikian apapun. Setelah kepergiannya, setelah meninggalkan Audrey, suasana yang begitu hidup di hati Audrey kini telah lebur dan hanya bisa terkubur di dalam jiwa.
Ketika Audrey terduduk di gazebo taman belakang rumahnya, ia selalu saja terbayangkan saat-saat yang begitu indah ketika bersama Alvaro.
A month ago---
“ So hold me when I’m here, right me when I’m wrong, hold me when I’m scared and love me when I’m gone! Kamu sumber semangatku rey, jangan pernah berhenti mencintaiku until I gone.”
Mohon Alvaro sambil menatap penuh kasmaran tepat di kedua mata Audrey. Mungkin begitu sulitlah Audrey untuk mengerti makna dari ucapan Alvaro. Tapi saat itu Audrey tidak terlalu ingin tahu apa arti sesungguhnya kalimat itu karena menurutnya sekarang ini yang terpenting adalah ALVARO bersamanya dan sama sekali tidak pernah membayangkan Alvaro akan meninggalkannya. Namun berbeda dengan Alvaro yang mempercayai cinta sejati itu hadir dikala mereka terpisahkan maka cintalah yang akan mempertemukannya.
“ Al, kalau memang kita akan berpisah maka hal pertama yang ku lakukan adalah hanya mencatat tanggal dan waktu ketika kamu meninggalkanku karena ku yakin di waktu yang sama walau itu tahun depan bahkan selanjutnya aku akan bertemu kamu even I don’t know tempatnya dimana. Kamu percaya True Love dan saya akan mencoba pula mempercayainya itu karena kamu and because of love. “
Suasana itu terasakan begitu ramai di hati mereka walau pada saat itu hanya mereka berdua yang sedang berbagi kasih di pinggir danau itu. Terpancarkan kebahagiaan yang sangat mendalam dari mereka.
“It’s Times Up, balik yuk. Pasti kamu juga sudah letih banget deh.”
Dengan anggukan dari Audrey, Alvaro pun menarik tangan Audrey yang sedari tadi bertujuan ingin mengajak pulang. Namun di waktu bersamaan tarikan tangan dari Alvaro di ulur kembali oleh Audrey…
“i really can’t live without you, I don’t know what will happen to my life without u”
Alvaro hanya tersenyum menanggapi perkataan Audrey.
Keesokan harinya, Alvaro pun harus pergi. Walau hatinya takkan bisa pergi dari Audrey namun raganya harus bersedia tanpa ada Audrey disisinya. Alvaro harus pergi bukan karena keinginannya namun dia harus menjalani sebuah training pertukaran pelajar di Australia. Ia pergi tanpa meninggalkan kata sampai jumpa kepada Audrey mungkin ini karena Alvaro tidak menginginkan Audrey akan berlarut dalam kesedihan akan keberangkatannya.
“ Bye, rey. I wish god always save you. Aku akan selalu menjagamu didalam hatiku”
Kalimat itu terpekik sejenak di dalam benak Alvaro sebelum akan memasuki mobil yang akan membawanya ke airport.
June 1st,
From : Ms-Audreyxx
To : ItsAlvaro
                Al, hari ini adalah tepat sebulan kamu pergi meninggalkanku. Masih ada 2 bulan yang artinya 60 hari kedepan aku akan bertemu kamu. Itu masih lama, Al. Aku tak pernah tahu sedang apa dan bersama siapa kamu disana. Semoga segala education yang berbasis di Negara sana akan selalu bisa kamu pahami. Al, come back asap please! I miss you so badly! Setelah kepergianmu itu, kamu tidak pernah lagi mengabariku. Semuanya kamu abaikan mulai dari mention ku ke kamu.
Berbagai cerita ingin aku ceritakan ke kamu, Al. Email ku yang kukirim pun tidak pernah kamu balas. Dan entahlah ini akan menjadi email yang keberapa setelah aku mengirimnya. Tolonglah, balas!
Alvaro---- Minggu kemarin ada siswa baru di sekolah kita. Dia mendapatkan training seperti kamu. Dia dari Singapore. Namanya Louis, orangnya baik karena dia perhatian seperti kamu. Dia itu lumayan fasih juga berbahasa Indonesia. Terkadang orangnya sering joking tapi aku sering anggapinnya itu seperti hal yang paling bodoh untuk di tertawakan karena aku yakin itu ga lucu sama sekali. Sewaktu di kelas itu dia lagi enak-enakan canda-candaan dengan teman yang lainnya dan tiba-tiba itu aku datang . dia langsung aja ajukan pertanyaan dan itu teka-teki yang teraneh menurutku.
“Hey, Amazing. There is a beautiful girl. Ayo kita ngobrol. Gue punya banyak teka-teki dan kata-kata gombalan. Kamu mau?”
“No, Thanks. “ Begitu jawabku, singkat dan datar. Aku ga suka kalo dia ajakin aku bermain yang sama sekali ga ngehibur aku. Meski mereka tertawa sekencang-kencangnya hatiku masih terasa sedih, itu karena kamu Al.
Alvaro…. Aku tau kamu adalah orang disiplin. Jadi, mustahil bagiku kalo kamu tak sempat membuka boxmail mu. Aku tahu kamu sibuk belajar tapi akupun yakin kalo kamu bisa ngemanage waktu kamu hingga bisa meluangkan waktu untuk membalas email-ku meski itu singkat, Al.
Sekarang ini saya sedang menuliskan email untukmu dengan meminjam iPad dari kakakku. Meski ada halangan untuk mengirim email ini, aku selalu berusaha walau harus mengemis untuk dipinjamkan.
Come on Al. Balik pleaseeee! Balaslah email ini.
Langit kini mencurahkan warna jingga nya hingga terlihat begitu menawan. Siangpun dengan terik matahari yang begitu cerah kini telah berlalu. Putaran bumipun telah memunculkan sang bulan yang akan menerangi kegelapan di malam hari ini.
Saat yang seharusnya Audrey untuk bermimpi tetapi tidak untuk malam ini. Sekarang ia masih saja terus melamuni segala bayangan Alvaro yang ia yakini akan segera terjadi bahwa ia akan bertemu Alvaro dalam waktu dekat ini. Pada saat itu Audrey sedang terduduk menghadap daun pintu jendela kamarnya yang tepat dihadapan bulan. Kegiatan itu terus berlangsung hingga jarum jam menunjukkan pukul 00:30 dini hari. Dalam waktu itu Audreypun menyaksikan hiasan bintang jatuh dan tiba-tiba pula Audrey making a wish. Audrey sangat berharap emailnya bisa dibaca dan dibalas oleh Alvaro serta tulisan-tulisan di blognya bisa ia baca kalo semua yang bertentangkan cinta adalah Alvaro. Entahlah kapan itu semua terwujud walau Audrey telah memohonkan itu dihadapan sang bulan setelah jatuhnya bintang.
“God, I hope someday. Dia akan menemukan segala tulisan ku dan dia membaca semuanya. I hope he’ll know that they’r about him”
Burung-burung yang menari didepan jendela kamar Audrey sambil mengicau merdu bersama sinaran hangat sang mentari berhasil membangunkan Audrey di pagi itu. Hari itu hari yang mengaharuskan Audrey untuk berseragam sekolah dan menghadapi schedule kelas untuk hari Kamis itu.
Audrey pun terlihat semangat akan berangkat sekolah. Walau dengan senyuman indah dari Audrey di pagi itu pasti hatinya masih terasa pilu bila mengingat tak ada Alvaro lagi yang selalu menjemputnya di gerbang sekolah. How pathetic! Mungkin Audrey bisa saja menangis dimanapun ia berada selagi mengingat Alvaro namun hatinya kini telah beku dan hanya bisa meritiskan airmata di dalam hati saja. Begitu sedihnya hati Audrey yang terasakan.
Di saat breaktime. Louis bergeges menuju tempat duduk Audrey yang terlihat Audrey sedang asik menyantap pesanannya walau terlihat saat itu mata Audrey menatap segala ruangan tanpa jelas.
“Hey beautiful girl…… what’s on your mind? Kamu terlihat begitu aneh. Kamu meminum segelas juice tapi matamu terlihat berlarian entah apa yang kamu tatap.”
“u’re suck! Kamu ga tahu apa-apa. Aku lagi bersenam mata saja.”
“ u lied. Aku tahu kamu pasti memikirkan Alvaro.”
“ how the hell??? Kamu tahu darimana tentang Alvaro?”
“Yup, Jayden yang memberitahuku sewaktu aku  bertanya kamu itu sudah punya pacar apa belum. Dan well, Gue disitu langsung tahu kalo kamu sedang menunggu Alvaro!”
‘Dasar Jayden, ember!’ Audrey sangat kesal dengan Jayden yang telah menceritakan tentang Alvaro ke Louis. Audrey tahu kalo Louis itu memang suka dengan dia sejak Louis masuk sekolah di hari pertama namun begitu sulit untuk membuka hati lagi kepada Louis. Di hadapan Louis, Audrey hanya tinggal berdiam diri karena merasa malu Louis telah mengetahui apa yang sedang ia pikirkan. Namun demikian, Audrey pun masih menyangkal ketika ditanyakan lagi oleh Louis.
“heyyyy. Is it true? Ayo deh kamu ngaku aja.”
“whatever. Apapun yang aku pikirkan itu adalah bukan urusan kamu.”
Audrey sepertinya sangat murka. Ia langsung saja meninggalkan Louis sendirian di meja kantin. Begitu cepat langkah Audrey berpaling dari kantin. Louis pun merasa bersalah atas pertanyaannya tadi. Ia ingin meminta maaf tapi Louis yakin kalo waktunya sedang tidak tepat karena emosi Audrey kini sedang di ujung tanduk.
“Rey, Maafin aku. Andai saja kamu tahu kalo aku akan selalu menunggumu untuk tahu isi hatiku. I love you no matter what happen. “
August, 1st
From : ItsAlvaro
To : Ms-Audreyxx
                Selama ini aku selalu membaca email dari kamu. Sudah 43 email yang telah kamu kirimkan ke aku. Dan andai saja kamu tahu sejak dari dulu kalo aku telah menyimpan 54 email ke draft. Sebagian dari itu berisikan balasan dariku atas kiriman emailmu. Aku punya alasan mengapa aku tidak memberanikan diri untuk mengirimnya. Aku takut menjawab bahwa aku tidak akan lagi pulang ke Indonesia ketika kamu bertanya kapan aku kembali. Akupun  sangat takut membuat janji lagi ke kamu ketika kamu mengingatkanku dengan janjiku pada 3 bulan yang lalu. Aku tahu, aku telah salah dan begitu pengecut karena tidak menepati janji. Namun harus kamu ingat kembali, Rey. Aku berjanji akan bertemu kamu lagi tapi entah itu kapan. Aku akan meneruskan sekolahku di Australia. Aku akan memilih universitas terbaik di Adelaide setelah lulus dari SMA. Maafkan aku, Rey. Harus kamu tahu kalau selama ini aku selalu menjaga hatiku hingga kita akan bersatu lagi. Bukan berarti kamupun harus begitu. Aku harap sekarang adalah waktunya untuk mencari penggantiku, Rey. Aku bukan lagi yang terbaik untuk kamu karena telah meninggalkanmu. Aku jujur bahwa kamu selalu menjadi terbaik untukku hingga kapanpun.
                Bila nanti kita bertemu dan kamu akan bersama orang yang kamu sayangi dan itu bukan aku maka kamu adalah tetap menjadi cintaku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Mungkin saja aku menemukan perempuan yang akan aku sayangi tapi aku yakin itu tidak membuat aku melupakan cintamu dan menghapus cintaku untukmu.
Audrey, aku janji kamu tetap menjadi yang nomor satu di hatiku. Meski ada cinta dari orang lain di hatiku. Aku selalu meminta kepada Tuhan untuk memberikanmu cinta yang tulus.
Setelah membaca email dari Alvaro. Audrey langsung saja meneteskan airmata dibahu Louis. Sejak bulan lalu Audrey kini terlihat sering menghabiskan waktu bersama Louis bahkan di saat bersama Louis, Audrey hanya bisa mengirimkan 1 email dalam setiap minggu. Mungki bersama Louis, ia akan bisa melupakan Alvaro. Audrey merasakan waktu yang telah ia habiskan bersama Louis adalah kenikmatan luar biasa setelah Alvaro meninggalkannya.
Louis pun ikut membaca email dari Alvaro itu lalu ia berusaha menenangkan hati perempuan yang ia cintai saat ini.
“Love can make u happy but often times it hurts, but love is only special when you give it to who its worth.”
“Louis, aku telah merasakan kenyamanan bersama kamu. Jangan pernah tinggalkan aku. Alvaro telah pergi.”
“Iya, rey. I love you meski aku tahu kamu belum bisa membalas perasaan ku.”
“Louis, aku akan bisa mencintaimu tapi Alvaro tetaplah menjadi cinta favorite selama hidupku. Aku akan mencintaimu sepenuh hatiku tapi maaf kalo akupun akan menjadikan Alvaro sebagai cinta terbaik yang telah hadir di kehidupanku”
“Semua itu adalah hak kamu Audrey, membalas cintaku sudah menjadi hal yang begitu luar biasa untukku. Aku mengerti atas keputusanmu selama itu membuatmu bahagia. Akupun selalu berusaha untuk terus menghadirkan happiness di dalam hidupmu.”
-THE END-
“WIDA”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS