Aku gatahan.... ketika bola mata
ini menggenangi air itu. Sudah penuh, yah sedikit lagi jatuh. Aku mencoba
tersenyum saat ketika raut dipipiku menarik dan membentuk seperti emoticon L lagi lagi masih gagal
untuk membuat air mata itu tertahan. Akhirnya jatuh pula, setelah lama
tertahan. Aku membiarkan aliran air mata itu membasahi pipiku yg sedang
berminyak. Aku berusaha mengusapnya dengan dasi panjangku yang terbentuk pita
dan sengaja kuluruskan di seragam batik
ku itu. Aku membalikkan wajahku ke arah kaca mobil belakang. Sengaja aku
pura-pura menghadap ke belakang lalu melihat kendaran yang berarah mengikuti
mobil. Aku ga sanggup menahannya, Aku susah payah akan ini. Menguras air mata
walau tak banyak, itu juga masih sulit menggambarkan sedihnya hati ini.
Alasan saya menangis, kenapa?
Susah, sulit, terlalu sukar untuk
ku jelas untuk ku terangkan. Akan membuat hatiku lebih sedih lagi jika ingin
menjelaskan. Tentang hal yang sebenarnya membuat perasaanku antara bahagia atau
sedih. Tentang sesuatu yang terlalu membuatku menyalahkan diriku sendiri. Tentang
mereka yang selalu menjadikanku tokoh dibalik layar itu.
Iya, mereka juga pernah merasakan
ini semua. Tapi mereka tidak seperti aku yang hanya bisa menelannya. Pura-pura
tidak merasakan apapun. Memendamnya dalam-dalam hemmm menanamnya. Tak ada daya
untuk memberontak. Tidak diberi kesempatan untuk berdemokratis. Tidak ada
kesempatan untuk jujur.
Aku rasa.......... hati ini lebih
lebih merasa sedih itu karena hanya bisa merasakan dengan sendiri. Memendamnya sendirian.
Merasakan pahitnya dengan paksaan diri sendiri.
Aku lelah dengan semuanya, aku
bosan tapi------- aku harus bisa berpura-pura untuk bahagia. Aku selalu mencoba
mengerti akan mereka yang sama sekali tidak ingin mengerti aku.
Aku yang selama ini merasa repot,
sibuk, letih, bekerja keras namun ternyata tidak dianggap sama sekali oleh
mereka. Mereka tidak menyadari bahkan mungkin tidak pernah tahu dimana
keberadaanku, bagaimana kabarku, mengapa aku....?? aku hidup dibalik posisi
mereka yang nyaman. Yah aku merasakan itu tapi aku tidak dianggap. Aku hanya
bisa berpindah posisi kedepan layar saat ketika ada masalah berat itu. Aku disalahkan,
aku ikut mengatasinya, aku tidak tahu sama sekali. Segalanya, semuanya yang
telah kukerjakan yang telah ku bantu yang telah kuringankan ternyata hasilnya
saja yang mereka tahu dan lihat. Aku tidak tersorot. Aku gelap. Aku seperti
benda mati. Sosok yang bisa dibully tanpa mereka ingin mencoba untuk mengenaliku.
Ada dia... dia yang baik hati
padaku. Kukira dia yang paling mengerti posisiku.... namun kadang dialah sosok
yang sama sekali melupakan keberadaanku.
Aku heran dengan itu, kesalahan
yang begitu kecil. Biasa. Sepeleh. Suatu hal yang tidak pernah kuinginkan untuk
kulakukan. Suatu hal yang tidak pernah kuharap untuk terjadi. Tidak ada yang
menginginkan membuat kesalahan yah begitupun aku. Aku yang melalukan satu
kesalahan entah kenapa membuat semuanya jadi pahit. Jadi lebur.
Mereka mulai menjauh, mulai tidak
suka, dan mulai belajar membenciku hanya karena satu kesalahan yang sama sekali
tidak kumengerti mengapa terjadi, mengapa bisa kulakukan. Aku khilaf. Aku sadar
kesalahan itu. Tapi mengapa hanya satu hal itu menjadikan ku sebagai sosok
hitam yang mereka pelajari untuk dibenci?
Aku mencoba untuk bisa
menyesuaikan dengan mereka yang jauh lebih dewasa dariku, mereka yang memiliki
usia pada angka yang lebih banyak dariku. Aku mencoba pandai untuk bisa tegar
akan hal-hal yang sangat pahit dari mereka itu.
Mereka tidak tahu aku, sama
sekali tidak mengenali aku.
Aku dianggap seperti buih debu
yang hanyalah terbawa angin pada kekeringan itu.
Aku tak tahan..... Aku bertahan
walau tak tahan membiarkan tangisan itu hanya ada didalam hati. Kemudian, terkuras.
Aku menangis tersendiri ketika perjalanan pulang. Aku menyembunyikan diri
diruangan itu dan mengisak tangis dan menghabiskan lembaran tissue yang
membantu mengusap basahan pipiku.
Kalau saja bukan hanya karena
satu hal itu... aku akan menyerah. Oh tidak, tidak akan. Ini aku bisa bertahan
karena aku sangat takut mengecewakan mereka yang telah menaruh banyak harapan
untukku. Aku akan bisa demi mereka...
Semuanya......... yah aku sadar. Segalanya
yang telah ku lakukan yang tulus dari hatiku untuk membantu semuanya ternyata
hanya hasilnya dan penghasilnya tidak sama sekali dianggap.
Aku belajar... masih dalam proses
belajar. Pasti ada salah. Tapi mengapa hanya karena satu kesalahan itu mereka
sudah menjadikanku hal yang tidak tepat untuk dibanggakan.
Aku masih memiliki jiwa yang
lunak. Kadang aku merasa begitu cepat tersinggung. Lebih cepat teriris
dibanding mereka, yah pasti usiaku saja masih begitu muda.
Bukan bukan.... yah bukan itu. Disini
aku ingin mereka lebih bisa menyadari keberadaanku. Mencoba mengerti aku. Mampu
menerima keselahanku. Lebih sabar mengajariku. Dan bisa lebih peka merasakan
perasaanku.
Aku sudah merasa air mata itu
telah beku. Akhirnya aku merasa menangis itu mengundang kelelahan juga. Lalu aku
menyerah. Aku berhenti merengek tangis. Walau itu aku ketahui sendiri.
Aku harap semua yang kurasa
selama ini, semua yang terjadi adalah bagian dari perencanaan-Nya untuk
menjadikanku lebih dewasa lagi. Semoga aku bisa lebih paham bagaimana arti
kerasnya perjuangan. Makna bagaimana susahnya memalsukan kebahagiaan.
Kalau tidak terjadi semua itu
mungkin aku tidak akan bisa jadi lebih baik.
Buat aku bertahan, buat aku bisa
berbantu banyak untuk mereka walau mereka akan terus menerus mengacuhkan aku
yang penting mereka menghargaiku dan bisa memberikan angka jujur saat nanti aku
kembali kesekolah.
Aku akan bisaaa.
Cheers up;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar