Pages

From deep inside ma heart

Kamis, 25 Oktober 2012


Aku gatahan.... ketika bola mata ini menggenangi air itu. Sudah penuh, yah sedikit lagi jatuh. Aku mencoba tersenyum saat ketika raut dipipiku menarik dan membentuk seperti emoticon L lagi lagi masih gagal untuk membuat air mata itu tertahan. Akhirnya jatuh pula, setelah lama tertahan. Aku membiarkan aliran air mata itu membasahi pipiku yg sedang berminyak. Aku berusaha mengusapnya dengan dasi panjangku yang terbentuk pita dan sengaja kuluruskan di seragam  batik ku itu. Aku membalikkan wajahku ke arah kaca mobil belakang. Sengaja aku pura-pura menghadap ke belakang lalu melihat kendaran yang berarah mengikuti mobil. Aku ga sanggup menahannya, Aku susah payah akan ini. Menguras air mata walau tak banyak, itu juga masih sulit menggambarkan sedihnya hati ini.

Alasan saya menangis, kenapa?

Susah, sulit, terlalu sukar untuk ku jelas untuk ku terangkan. Akan membuat hatiku lebih sedih lagi jika ingin menjelaskan. Tentang hal yang sebenarnya membuat perasaanku antara bahagia atau sedih. Tentang sesuatu yang terlalu membuatku menyalahkan diriku sendiri. Tentang mereka yang selalu menjadikanku tokoh dibalik layar itu.

Iya, mereka juga pernah merasakan ini semua. Tapi mereka tidak seperti aku yang hanya bisa menelannya. Pura-pura tidak merasakan apapun. Memendamnya dalam-dalam hemmm menanamnya. Tak ada daya untuk memberontak. Tidak diberi kesempatan untuk berdemokratis. Tidak ada kesempatan untuk jujur.

Aku rasa.......... hati ini lebih lebih merasa sedih itu karena hanya bisa merasakan dengan sendiri. Memendamnya sendirian. Merasakan pahitnya dengan paksaan diri sendiri.

Aku lelah dengan semuanya, aku bosan tapi------- aku harus bisa berpura-pura untuk bahagia. Aku selalu mencoba mengerti akan mereka yang sama sekali tidak ingin mengerti aku.

Aku yang selama ini merasa repot, sibuk, letih, bekerja keras namun ternyata tidak dianggap sama sekali oleh mereka. Mereka tidak menyadari bahkan mungkin tidak pernah tahu dimana keberadaanku, bagaimana kabarku, mengapa aku....?? aku hidup dibalik posisi mereka yang nyaman. Yah aku merasakan itu tapi aku tidak dianggap. Aku hanya bisa berpindah posisi kedepan layar saat ketika ada masalah berat itu. Aku disalahkan, aku ikut mengatasinya, aku tidak tahu sama sekali. Segalanya, semuanya yang telah kukerjakan yang telah ku bantu yang telah kuringankan ternyata hasilnya saja yang mereka tahu dan lihat. Aku tidak tersorot. Aku gelap. Aku seperti benda mati. Sosok yang bisa dibully tanpa mereka ingin mencoba untuk mengenaliku.

Ada dia... dia yang baik hati padaku. Kukira dia yang paling mengerti posisiku.... namun kadang dialah sosok yang sama sekali melupakan keberadaanku.

Aku heran dengan itu, kesalahan yang begitu kecil. Biasa. Sepeleh. Suatu hal yang tidak pernah kuinginkan untuk kulakukan. Suatu hal yang tidak pernah kuharap untuk terjadi. Tidak ada yang menginginkan membuat kesalahan yah begitupun aku. Aku yang melalukan satu kesalahan entah kenapa membuat semuanya jadi pahit. Jadi lebur.

Mereka mulai menjauh, mulai tidak suka, dan mulai belajar membenciku hanya karena satu kesalahan yang sama sekali tidak kumengerti mengapa terjadi, mengapa bisa kulakukan. Aku khilaf. Aku sadar kesalahan itu. Tapi mengapa hanya satu hal itu menjadikan ku sebagai sosok hitam yang mereka pelajari untuk dibenci?

Aku mencoba untuk bisa menyesuaikan dengan mereka yang jauh lebih dewasa dariku, mereka yang memiliki usia pada angka yang lebih banyak dariku. Aku mencoba pandai untuk bisa tegar akan hal-hal yang sangat pahit dari mereka itu.

Mereka tidak tahu aku, sama sekali tidak mengenali aku.

Aku dianggap seperti buih debu yang hanyalah terbawa angin pada kekeringan itu.

Aku tak tahan..... Aku bertahan walau tak tahan membiarkan tangisan itu hanya ada didalam hati. Kemudian, terkuras. Aku menangis tersendiri ketika perjalanan pulang. Aku menyembunyikan diri diruangan itu dan mengisak tangis dan menghabiskan lembaran tissue yang membantu mengusap basahan pipiku.

Kalau saja bukan hanya karena satu hal itu... aku akan menyerah. Oh tidak, tidak akan. Ini aku bisa bertahan karena aku sangat takut mengecewakan mereka yang telah menaruh banyak harapan untukku. Aku akan bisa demi mereka...

Semuanya......... yah aku sadar. Segalanya yang telah ku lakukan yang tulus dari hatiku untuk membantu semuanya ternyata hanya hasilnya dan penghasilnya tidak sama sekali dianggap.

Aku belajar... masih dalam proses belajar. Pasti ada salah. Tapi mengapa hanya karena satu kesalahan itu mereka sudah menjadikanku hal yang tidak tepat untuk dibanggakan.

Aku masih memiliki jiwa yang lunak. Kadang aku merasa begitu cepat tersinggung. Lebih cepat teriris dibanding mereka, yah pasti usiaku saja masih begitu muda.

Bukan bukan.... yah bukan itu. Disini aku ingin mereka lebih bisa menyadari keberadaanku. Mencoba mengerti aku. Mampu menerima keselahanku. Lebih sabar mengajariku. Dan bisa lebih peka merasakan perasaanku.

Aku sudah merasa air mata itu telah beku. Akhirnya aku merasa menangis itu mengundang kelelahan juga. Lalu aku menyerah. Aku berhenti merengek tangis. Walau itu aku ketahui sendiri.

Aku harap semua yang kurasa selama ini, semua yang terjadi adalah bagian dari perencanaan-Nya untuk menjadikanku lebih dewasa lagi. Semoga aku bisa lebih paham bagaimana arti kerasnya perjuangan. Makna bagaimana susahnya memalsukan kebahagiaan.
Kalau tidak terjadi semua itu mungkin aku tidak akan bisa jadi lebih baik.

Buat aku bertahan, buat aku bisa berbantu banyak untuk mereka walau mereka akan terus menerus mengacuhkan aku yang penting mereka menghargaiku dan bisa memberikan angka jujur saat nanti aku kembali kesekolah.

Aku akan bisaaa.

Cheers up;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS