Melalui tulisan ini, saya ingin membenarkan suatu hal yang selalu saja menjadi bahan pembicaraan di setiap sudut kampus.
Saya tidak tahu jenis tulisan ini yang jelas ini memuat fakta dan opini dari yang saya temukan dan yang saya kutip.
Tulisan ini ada karena melihat beberapa keluhan teman-teman yang mengeluhkan nominal UKT dengan fasilitas tidak sebanding.
UKT 3 JUTA, 850rb, dapat apa?
* ilmu kaka, iya ilmu.
*Kursi ya kursi, tapi kayu yang kokoh dari tahun 86, 91, 93.
* dapat AC kan? Eh.. Rusak ya? Merk apa? Gak jelas.
Nah, bukan rusak sih, tapi gak terawat tepatnya.
* LCD proyektor, ngantri, padahal sudah bayar mahal untuk kuliah.
Poin ini hanya sebagian yang mengeluhkannya karena yah paling si Keti
dan si Seti aja yang ngerasa beban ngantri nenteng LCD, naik turun
tangga sampai di kelas eh rusak, eh listrik mati.
Lucunya, kok gak digantung pakai bracket aja yah di tiap kelas?
Gak aman, loh? Bukankah itu sudah ada yang bertanggungjawab atas keamanan kampus? Kan mereka dibayar juga loh.
* apalagi?
Well, berbagai keluhan selalu saja ditemukan di kampus kita.
Saya sangat mengerti keadaan teman-teman yang melihat orangtuanya
banting-tulang untuk membayar UKT anaknya. Ada yang 3 juta-850rb.
Hmm, saya mahasiswa bidikmisi.
Di kelas, ada yang bilang sambil bercanda sih “eh.. Ada hakku di uang bidikmisimu nah!”
^shocked^
-----------
Teman-teman,
kami melamar beasiswa bidikmisi jauh sebelum diterima di kampus ini,
kami pun tidak mendaftarkan diri begitu saja, kami diseleksi oleh Kepala
Sekolah kami, pihak sekolah kami sebelumnya mengamati keadaan ekonomi
keluarga kami yang memang layak menerima bantuan.
Pihak Dikti, mensosialisasikan beasiswa ini ke tiap sekolah, mereka
menggambarkan dengan sangat jelas bahwa dana yang disiapkan untuk
BidikMisi ini adalah seluruhnya uang kelolaan kemenkeu dari pajak
masyarakat.
Kami tidak memakan uang kalian yang disetor ke kampus.
Seandainya, uang bidikmisi itu berasal dari UKT kalian, maka pihak
kampus hanya memberi kuota minimum kepada pelamar bidikmisi untuk duduk
di bangku kuliah, selain itu kami tidak akan mendapat tunjangan hidup
yang jumlahnya hampir sama dengan kampus lain secara keseluruhan, waktu
pendapatannya juga tidak mungkin sama secara nasional.
Nyatanya, kami tidak mengambil sepeserpun UKT kalian.
Tidak percaya? Gunakan pulsa data kalian googling, tanya ke BAAK!
Kami sebagai awardee diputuskan berhak dibiayai oleh dikti sebelum
perkuliahan dimulai. Jadi, kami yang mendapatkan bidikmisi ini bukan
dari kampus tapi langsung dari DIKTI. Pihak sekolah kita pun yang
membantu. Kami juga masyarakat, kami bayar pajak, setiap makanan yang
kami beli sudah dikenai pajak, rumah kami dikenai pajak, semuanya
dipajakin. Uang bidikmisi yang kami dapatkan memang hak kami.
kalian membayar kampus, kami juga bayar kak.
Kompensasi dari Dikti itu 6.000.000 per bulan dan pihak kampus yang
menerima mahasiswa bidikmisi juga turut berhak memotong uang tersebut
sesuai kebutuhan kampus dengan maksimum potongan 2.900.000 *mungkin.
Banyak kan say uang nak BM?
setelah resmi duduk di kelas sektor Parangtambung, kami baru tahu bahwa
UNM hanya memotong 2.100.000 sehingga tiap semesternya kami digaji *eh
3.900.000.
Ratusan mahasiswa bidikmisi menyetor ke kampus 2,1 setiap semester atau
2x setahun. Yang kami tahu setelah orientasi mahasiswa bidikmisi, uang
itu dikelola lagi oleh pihak kampus untuk mengadakan berbagai kegiatan
penting untuk mendidik karakter kami, kemudian disisipkan untuk
fasilitas kampus.
Lalu, saya kembali mengingat ketika pihak dikti bersosialisasi ke
sekolahku, mereka juga mengatakan bahwa uang buku ditanggung, uang
transportasi bagi penerima yang tinggal dari daerah akan ditanggung.
Kenyataannya? Tidak ada namanya uang buku. Yup, noproblem. Uang
transportasi? Eh tau-taunya malah hanya untuk penerima yang dari luar
sulselbar. Sip, oke gapapa.
Teman-teman yang bayar UKT juga ada yang mengeluh, “anak BM ada yang
kaya kok! Anak bm ada yang pakai iPhone, anak BM ada yang pakai pakaian
branded”
Oh, kalau itu di luar dari pengetahuan saya.
Saya yang sekolah di kota Makassar, benar-benar tidak dibolehkan melamar
bidikmisi jika orangtuanya PNS, tapi saya juga heran kok yang dari
daerah malah gak selektif gitu ya, yang dari daerah kok bisa jadi
penerima bidikmisi tapi mampu?
Nah, ini nih. Walaupun pihak kampus telah melakukan observasi di rumah tiap mahasiswa bidikmisi, mengapa tidak ada LPJ?
Seharusnya pihak kampus tidak hanya mewajibkan mahasiswanya menyetor
nilai, tapi juga LPJ. Saya kira tanpa ada bukti pertanggungjawaban
menggunakan uang rakyat, sama saja kita itu koruptor.
Bagaimana dengan saya?
Tiap semester saya selalu mencatat pengeluaran saya tapi mau saya laporkan ke mana juga yah?
Saya membeli buku paling sedikit 500.000 tiap semester, saya membiayai
keluarga saya, uang transportasi ke kampus ditanggung sendiri, saya juga
tak luput berbagi ke kaum yang membutuhkan juga. Uang yang cukup banyak
per bulannya bagi kami yang tidak mampu kuliah itu kemudian saya
gunakan modal bisnis, selama kuliah berbagai jenis bisnis saya jalankan,
mulai dari menjual tiket pesawat, pulsa, kuota data, token, bisnis
aplikasi, jualan snack, semuanya saya jalankan dari modal tunjangan
dikti. Keuntungan dari itu saya gunakan kembali untuk urusan kampus
karena makin menuju semester tua, pengeluaran makin banyak sehingga
hidup saya tidak boleh bergantung hanya pada 650.000/bulan. Selain saya,
ada yang juga membuka bisnis seperti saya, membiayai kebutuhan
orangtuanya, membayar kos sendiri, dll. Intinya, kami menggunakan uang
itu juga secara bijak.
Sebagian dari kami berasal dari keluarga yang kurang mampu. Sedangkan,
kalian tidak mungkin diberikan jumlah UKT yang harus dibayar jika bapak
kalian hanya tukang bengkel. Sebagian dari kalian pula tentunya punya
Bapak-Ibu yang bekerja dengan gaji layak, banyak dari kalian itu anak
dosen, anak PNS, dsb.
Nah, mengapa masih ada yang mengatakan kalau uang bidikmisi dari UKT kalian?
Ada yang dikatakan penerima UKT Nol, kalian tidak mencaritahu siapa yang
membiayainya? Kampus,kan? Uang kampus dari mana? opini saya, teman2
yang membayar UKT secara tidak langsung membiayai penerima UKT Nol.
Beasiswa PPA darimana?
Kok banyak anak dosen dapat beasiswa PPA?
*caritahusendiri*
Stop talking that bullshit.
Kami juga manusia, kami berjuang mati-matian belajar dan kuliah yang
benar untuk mempertanggungjawabkan kewajiban kita yang sudah makan uang
rakyat (termasuk uang kalian tapi bukan UKT kalian). Sedangkan, sebagian
besar dari kalian malah bersantai-santai karena berpikir bahwa kalian
sudah bayar kampus. Kalian bisa protes, kita gak boleh karena dikira gak
tahu diri. kalian bisa nuntut hak kalian, kami gak bisa. Kalian boleh
milih mau kapan lulus, nah kita harus lulus selama 8 semester. Menurut
salah satu sumber, bahkan ada mahasiswa bidikmisi yang tidak dibolehkan
mengikuti program permata karena dianggap tidak mampu secara finansial
di kota orang. Lalu, kalian hanya tahu kami menikmati uang pemerintah
dengan begitu mudahnya? Kalian gak tahu kami seperti mengemis duduk
diteras bank Mandiri untuk membuka blokiran, padahal kami juga nasabah,
yah gapapa deh kami ngantri duduk melantai, tapi hampir selalu perlakuan
psikis oleh pihak bank utamanya security bahkan cleaning-service sangat
menyakitkan kepada kami, kami selalu dipandang sebelah mata oleh pihak
bank jika datang hanya sekadar bertanya “kapan uang bidikmisi cair?”
Melalui tulisan ini, saya hanya ingin mengklarifikasi bahwa kami tidak
berbahagia di atas penderitaan UKT kalian, bahkan walaupun kami punya
biaya hidup tiap bulan dari dikti tidak berarti hidup kita juga sudah
mewah. Saya bahkan masih selalu menahan lapar berhari-hari.
Untuk pihak kampus,
Tegaskan kepada mahasiswa yang katanya tidak mampu tapi membelanjakan
uangnya hanya untuk hangout dan nonton di bioskop. Lalu, sempurnakanlah
fasilitas di ruang belajar kami. Kami sebagai calon tenaga pendidik tahu
persis bahwa siswa tidak boleh belajar di ruangan yang lembab, tapi
kita sendiri malah kegerahan belajar dan berdiskusi.
masih banyak yang ingin saya bahas tentang bidikmisi, tapi lelah kaka.
Thanks.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SEGA MEGA DRIVE Classic - Titanium Cross Necklace
BalasHapusThe classic SEGA DRIVE 2018 ford fusion energi titanium Classic, SEGA, how strong is titanium MEGA titanium wedding band DRIVE Classic has arrived in a slick and titanium easy flux 125 amp welder modern package, titanium wedding bands for men featuring two unique game modes: Solo, Reverse $49.00 · Out of stock