setelah 5 tahun, saya baru berani mengungkapkan di Blog saya yg sederhana ini. Dulu ketika masih duduk dikelas 6 SD saya hanya bisa menceritakannya kepada buku harian saya. Ini saatnya dunia tau bagaimana nurani saya bersedih selama 6 tahun, tanpa ada pengertian yang bisa mengerti. Ketika mereka semua pergi ketika saya kehilangan, berlinan air mata bercucuran tanpa bisa hentinya meski sekarang saya sudah dapat menangis tanpa air mata. Setelah saya menyadari kasih sayang dari mereka disaat itulah saya belajar keikhlasan.
Ini kisah saya bersama keluargaku yang sangat saya banggakan, mereka telah mewarnai hari-hariku.2006 silam......
Keluarga besarku menggelar acara pelaminan untuk Om ku, ini adalah saat yang sangat bahagia untuk kami sekeluarga. Tante dan Om sangat harmonis mengadakan pesta pernikahan ini, semua tersenyum dan bernuansa riang. “Terakhir kalinya saya menikahkan anakku……..anak laki-lakiku” desuh nenek saya. Kalimat ini begitu tidak nyaman ditelinga kami.
Saya sedang duduk dibangku kelas 4 SD, saat itu saya masih berumur 9 tahun. Umur yang telah mengenaliku tentang kesedihan. Saya memiliki tante yang merupakan adik dari Ibu saya, beliau bernama Andri Winarti yang tercatat sebagai siswi kelas 2 di SMA negeri 01 Makassar. Beliau adalah teman bahkan sahabat saya dan bukan hanya untukku tapi juga dengan saudaraku yang lainnya. Keluh kesah sering ku untaikan kepadanya, Beliau juga tak malu untuk menceritakan apa saja kepada saya. Dari hal cinta dan persahabatannya sering dia curahkan kepada saya sebagai keponakannya. Apa yang sedang ia rasa turut saya rasakan, saya sangat senang ketika menginap dirumah nenek dan tidur seranjang bersama tanteku yang cantik ini.
Saat itu beliau menjemputku dirumah untuk menginap dirumah nenek….
Saya bermain-main dan bersenda gurau bersama sepupu-sepupu dan tante-tanteku…
Seharian lelah dengan permainan yang terlihat garing dimata seumuran tanteku ini (16 tahun)..
“Tidur dikamar saya saja yah….” Ajak tanteku
“iyaa;)” Jawab lembutku
Sayapun menjatuhkan badanku ke single bed milik tanteku dengan penuh lelah, saya menarik guling dan memulai menutup mata….
“ingat baca do’a sebelum tidur” peringatan tanteku yang tiba-tiba mengingatkan ku yang hendak ketiduran.
“saya tidak tahu, bisakah tante mengajariku?” dengan polos pertanyaanku membuat tanteku tersenyum kecil
Tanteku berlangkah mendekati yang dari depan meja rias ke atas SingleBed, “ikutilah saya, BISMIKA ALLAHUMMA AHYA WABISMIKA AMUT” dengan pelanpun saya mengikutinyaaaa…
Setelah berdo’a tanteku mempersilahkan saya tidur, meski mataku tertutup saya tahu apa yang dipikiran tanteku sehingga tidak tertidur.
Andri Winarti yang akrab disapa TITI adalah tanteku yang sangat bijak dalam segala hal. Mungkin saya belum cukup umur untuk mengerti perasaan umur 16tahun, entah mengapa saat-saat bersama beliau semuanya bisa kumengerti. Ketika beliau jatuh cintapun pada seorang lelaki saya sudah mengerti bagaimana kebahagiaannya. Beliau sering mengajakku kemana saja jadi tak heran kenapa umurku yang terhitung belia sudah bisa tahu semuanya tentang remaja umur 16/17 tahun, itu semua karena tanteku yang sering berbagi kepadaku.
Hingga Tante yang sangat ku sayangi ini, terjatuh lemah dan sakit. Kebetulan saya sedang nginap dirumah nenek saya, ketika melihat beliau terbaring tanpa senyum saya tiba-tiba merasakan bahwa saya akan kehilangan sesuatu.
Meski sakit tanteku sering memperlihatkan kalo dia kuat, saat itu dia sempat menemui pacarnya yang berkunjung kerumah nenek dan pasti saya ada. Setiap dimana saya selalu ada menemani tanteku.
Ketika dilarikan kerumah sakit, saya sangat sedih karena saya tidak mengantar tanteku kerumah sakit. Beliau diruang inap. Beliau diagnose sedang Tipus kemudian DBD, hingga rumah sakit yang pertama kali manangani tanteku tidak sanggup lagi dan menyerahkannya ke rumah sakit yang lebih besar lagi. Ketika tanteku berpindah perawatan dirumah sakit lain, saya sudah tidak pernah menjenguknya, pikirku dia cumin sementara dirumah sakit tapi ternyata TIDAK. Waktu telah mengurungnya hingga tidak bisa bertemu lagi dengan saya dihari terakhirnya.
15 juni 2006 Beliau sudah tidak ada lagi yang bisa mendengar cerita kanak-kanakku, dia terlalu cepat melaluiku. Saya sudah tidak bisa lagi memberikan kebahagiaannya ketika dia ingin beranjak ke 17tahun. Begitu singkat perjalanan hidupnya 28 Agustus 1989 – 15 juni 2006.
Semua menangis dan hanya beliau yang tersenyum meski tanpa nafas dan denyut nadi. Dia berada di tengah-tengah kami yang membawa senduh. Hendak tangis keras berlalu dari seorang laki-laki yaitu pacarnya dan mendengarnya membuatku sangat lebih terpukul lagi. Ibuku dan Nenekku serta keluargaku yang lainnya begitu tak kuasa tersenyum seperti raga almarhuma yang sedang ada diantara kami semua.
Kalian yang membaca ini mungkin berpikir hanya cerita biasa, ini kisahku yang tak bisa kusisahkan hanya sekilas. Air mata berlinang sampai saat saya menulis artikel curhatanku ini.
Mengapa ketika sisa waktu terakhirnya saya tidak dapat berada disamping beliau? Apakah saya bukan keponakan yang setia? Mungkin juga kalo Ibu dan Kakakku tahu saya menangis menuliskan ini, mereka menertawaiku. Keikhlasanku atas kepergian beliau tidak membuat pilu menjadi gurau.
Saya sangat prihatin dengan Nenekku,Ibu,Tante,Om,dan yang lainnya. Mereka sedih tanpa pikir keadaannya sedang bagaimana, 3 hari setelah wafat Tanteku ini. Nenekku yakni HJ.SYUKRIAH dan tanteku AKHIRA WISMIYANTI yang sedang duduk dikelas 3 SMPNEG 22 kini dilarikan dirumah sakit akademis. Dia turut sakit setelah wafat tanteku, mengetahui hal ini siapa sangka kesedihan kami tak turut menurun. Nenek dan Tanteku juga sakit seperti almarhuma Andri Winarti. Dengan umur yang sudah begitu lunglai, Nenekku tak kuasa atas kesakitan itu, Allah sangat sayang kepada keluargaku. Setelah mengajak Tanteku Andri Winarti ke surganya. Kini ALLAH mengajak Neneku pada tanggal 22 Juni 2006, setelah 7 hari berduka ternyata kami semua masih saja dilanda duka air mata.
Nenekku adalah sosok wanita yang sangat tangguh, dari cerita Ibuku Nenekku adalah wanita yang sangat sabar ketika Kakekku menyakitinya. Dia tak pernah mengeluh dengan keadaannya yang meski terkadang tersakiti. Semua orang tau Nenekku adalah seorang pedoman yang patut dicontohi. Terlalu singkat, sekitar 9 tahun saya bersamanya dan hanya sekitar 5 tahun saya merasakan kasih sayang dari dia. Saya belum berbakti kepadanya dan itu tidak dapat lagi kulakukan. Sosok Nenekku yang Sabar dan kuat telah digambarkan dari sosok Ibuku.
Akhira Wismiyanti, yang juga dirawat dirumah sakit yang sama bersama Almarhumah nenekku, kini sangat terlihat lebih sedih. Keluargaku sempat membawa pulang tanteku dari Rumah sakit ketika Nenekku telah wafat. Setelah dimakamkan, ternyata penyakit tanteku makin melunjak jadi keluargaku melarikannya ke Rumah sakit lagi.
24 Juni 2006…
Hari ini adalah hari penamatan (perpisahan) disekolah tanteku “AKHIRA WISMIYANTI”, beliau yang sedang terbaring lemah dirumah sakit sangat ngotot ingin ikut keacara itu tapi Ibuku sangat tidak mengizinkan meski Ibuku melarangnya dengan air mata beliau tetap saja ingin.
Setelah itu, tak lama kemudian Allah yang maha kuasa menarik Tanteku untuk menemui Almarhumah tante dan nenekku….. tak menyangka dalam 9 hari yang waktu sangat singkat saya kehilangan 3 wanita yang sangat saya sayangi, saat itu tanteku masih berumur 14 tahun. Kepergiannya membuka mata semua orang, perhatian dunia tertuju pada beliau. Penyakit apa itu yg membuatnya meninggal sangat melibatkan banyak orang, darahnya diteliti dibeberapa negara termasuk di Thailand. Saya sudah tidak dapat lagi menceritakannya, mata saya terlihat sembab ketika menulis ini.
Akhira Wismiyanti, adalah tante dan juga sahabatku. Kalo bersama dia, saya seperti bersama teman sebayaku karena melihat tinggi badannya hanya sama seperti saya tapi dikenal lebih dekat tanteku ini juga cukup dewasa. Dia adalah seorang remaja 14 tahun yang meninggalkan masa remajanya yang begitu cepat. 13 februari 1992 – 24 juni 2006, waktu yang sangat singkat bukan?
Duka ini beredar diseluruh Indonesia bahkan diluar negeri, ini cuplikan berita dari sebuah media cetak tentang Almarhumah:
Gubernur Sulsel Sesalkan Kelambanan Depkes[MAKASSAR] Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, HM Amin Syam menyesalkan keterlambatan informasi dari Departemen Kesehatan. Pasalnya, ada warga Sulsel, yakni Akhira (14) penduduk Jl Maccini Tengah, Makassar, meninggal, baru dinyatakan korban positif menderita virus flu burung (Avian influenza) dan dinyatakan korban ke-48 di Indonesia setelah tiga bulan berlalu."Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sample darah, dan lendir korban, baru diberitahukan sekarang. Padahal, korbannya meninggal hampir tiga bulan lalu. Seandainya diberitahu lebih awal, kita bisa mengambil langkah-langkah strategis secepatnya. Untung saja, tidak ada korban baru," kata Amin kepada wartawan di Makassar, Jumat (8/9).Akhira, siswi kelas 3 SMPN 22 Makassar, meninggal dunia 24 Juni lalu setelah dirawat di Rumah Sakit (RS)Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Diagnosa pihak rumah sakit menyebutkan, korban menderita demam berdarah dengue (DBD). Ternyata, setelah dua bulan lebih meninggalnya, Menteri Kesehatan baru mengumumkan bahwa Akhira dari Makassar meninggal akibat flu burung sesuai hasil pemeriksaan laboratorium Depkes.Sampel darah serta soap tenggorok dan hidung korban dikirim Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 23 Juni lalu atau sehari sebelum korban meninggal dunia. Namun, hasilnya, baru disampaikan, Kamis (7/9) lalu. Berita tentang korban flu burung itu terlambat diumumkan, justru lebih dulu menjadi berita internasional melalui Associated Press (AP), BBC, New York Times dan Reuters.Selain gubernur, keluarga almarhumah juga menyesalkan lambatnya pemberitahuan dari Departemen Kesehatan mengenai penyebab kematian korban. "Kami sudah iklasAkhira meninggal, namun setelah keluarga kami sudah tenang malah dikejutkan oleh penyampaian bahwa korban tewas akibat flu burung," kata Alimin, kakak korban.Menurut dia, sebenarnya ia sudah curiga adiknya meninggal karen flu burung, untuk itu sehari setelah Akhira meninggal, Alimin langsung melepas ayam dan burung peliharaan yang ada di rumah dan kandangnya dimusnahkan. Alasannya, gejala yang dialami Akhira sama dengan penderita virus flu burung lainnya, yakni menderita demam tinggi, sesak nafas dan korban mengeluh dadanya sakit. Namun saat itu, dokter mendiagnosa korban hanya menderita demam berdarah dengue (DBD).Ibu dan KakakSelain Akhira, ternyata ada dua korban lainnya meninggal dari pihak keluarganya dengan gejala yang hampir sama, yaitu menderita demam tinggi dan sesak nafas. Dua korban lainnya yakni Syukriyah, ibu Akhira dan kakaknya, Andri Winarti (17).Awalnya Akhira dilarikan ke Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putra, Makassar, 21 Juni. Saat itu ia diantar ibunya, Sukriyah.Namun, sesampainya di rumah sakit, Sukriyah juga mengeluh tidak enak badan, terpaksa diopname bersama Akirah. Bahkan, kondisinya lebih parah dan keesokan harinya, Sukriyah meninggal dunia setelah sebelumnya, 15 Juni putrinya, Andri Winarti juga meninggal.Saat ibunya meninggal, 22 Juni, Akhirah sempat keluar dari rumah sakit. Namun, karena kondisinya memburuk, ia lembali dilarikan ke Rumah Sakit Regional Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Saat itu ia didiagonasa menderita DBD, ternyata 24 Juni, korban meninggal dunia. [148]
Last modified: 9/9/06
Sekian cerita singkat saya, meski tertulis singkat tapi tangisku tak kunjung singkat…
Ini kesedihan yang melanda keluarga besarku.
Sangat banyak ingin saya curahkan keBlog sederhana ini tapi tanganku tak bisa mendukung memasukkan per karakter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar